"Saat itu malam, karena ada jebol di pertengahan terowongan, otomatis posisi air dari atas lebih besar (karena hujan di atas), tapi air tidak sampai di sini, karena terhambat. Air itu membentuk pusaran, tidak tahu hilang kemana, masuk kedalam tanah sepertinya, pernah terjadi itu," ucapnya.
Penjaga Air. (Foto: Aryo Rizqi/iNews Purwokerto)
Selain sebagai penjaga aliran air Tirtapala, sehari-hari keduanya bekerja sebagai penyadap getah pohon damar. setidaknya dalam setengah bulan, Kusnanto dan Agus Salim dapat mengumpulkan satu kuintal getah damar dengan sekitar Rp 300 ribu.
Sejarah panjang pembangunan terowongan saluran air itu tak lepas dari seorang tokoh yang namanya diabadikan menjadi nama terowongan tersebut, yakni Sanbasri. Namanya diabadikan karena ditengarai ialah sosok yang memiliki ide untuk membangun terowongan saluran air hingga dapat dinikmati warga desa.
Editor : EldeJoyosemito