BRASILIA, iNewsPurwokerto.id - Penis diamputasi, apa jadinya? Namun itulah yang terjadi di Brasil.Pada 2018 lalu, seorang pensiunan asal Brasil bernama João mencari bantuan medis setelah menemukan kutil di penisnya.
“Saya mulai mengunjungi klinik medis untuk mencari tahu penyebabnya, namun semua dokter mengatakan itu disebabkan oleh kelebihan kulit dan meresepkan obat,” kenang pria berusia 63 tahun itu.
Meskipun sudah diobati, kutil tersebut terus tumbuh. Hal ini mulai berdampak pada pernikahannya dan kehidupan seks João serta istrinya menurun. "Kami seperti saudara kandung," akunya. Dia bertekad untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Selama lima tahun, João—bukan nama sebenarnya—bolak-balik menemui dokter spesialis yang meresepkan lebih banyak obat dan memerintahkan biopsi baru.
"Tidak ada yang menyelesaikannya," katanya. Kemudian, pada tahun 2023, dia didiagnosis menderita kanker penis. “Bagi keluarga saya, ini adalah kejutan yang sangat tidak menyenangkan, terlebih karena sebagian penis saya harus dlakukan amputasi. Saya merasa seperti dipenggal,” katanya kepada BBC pada Senin 24 Juni 2024.
“Ini adalah jenis kanker yang tidak dapat Anda bicarakan dengan orang lain karena bisa menjadi lelucon.” Kanker penis jarang terjadi, namun insiden dan angka kematian terus meningkat di seluruh dunia. Menurut penelitian terbaru, Brasil memiliki tingkat kejadian tertinggi, yaitu 2,1 per 100.000 pria. Antara tahun 2012 dan 2022, terdapat 21.000 kasus yang dilaporkan di Brasil, mengakibatkan lebih dari 4.000 kematian dan lebih dari 6.500 amputasi—rata-rata dua kali setiap hari. Maranhão, negara bagian termiskin di Brasil, memiliki tingkat kejadian tertinggi secara global yaitu 6,1 per 100.000 laki-laki.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta