“Ketika seorang pria tidak mengekspos kelenjarnya dan gagal membersihkan kulupnya dengan benar, hal itu akan menghasilkan sekresi yang menumpuk,” kata Dr. Cordeiro. “Ini menciptakan lingkungan yang sangat menguntungkan bagi infeksi bakteri. Jika hal ini terjadi berulang kali, maka ini akan menjadi faktor risiko munculnya tumor.”
Namun, Brasil bukan satu-satunya tempat di mana kanker penis meningkat. Menurut penelitian terbaru, jumlah kasus meningkat di seluruh dunia. Pada tahun 2022, jurnal JMIR Public Health and Surveillance menerbitkan hasil analisis skala besar yang melibatkan data terbaru dari 43 negara. Laporan tersebut menemukan bahwa insiden kanker penis tertinggi antara tahun 2008 dan 2012 terjadi di Uganda (2,2 per 100.000), diikuti oleh Brasil (2,1 per 100.000), dan Thailand (1,4 per 100.000). Yang terendah terjadi di Kuwait (0,1 per 100.000).
“Meskipun negara-negara berkembang masih mempunyai angka kejadian dan kematian akibat kanker penis yang lebih tinggi, angka kejadian ini terus meningkat di sebagian besar negara-negara Eropa,” temuan ini diungkapkan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Leiwen Fu dan Tian Tian dari Universitas Sun Yat-Sen di China.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta