Hal itu diungkapkannya saat memberi kuliah umum di Universitas Andalas bertajuk 'Penguatan Wawasan Kebangsaan dalam Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka' secara daring pada Rabu (9/3/2022).
Sejak waktu subuh hingga pukul 08.00 WIB dia berjualan koran dan klepon, sebab pada siang hari dia harus bersekolah. Dua jenis dagangan itu dia jajakan di beberapa lokasi di Bandung, seperti Kodam III Siliwangi dan Taman Lalu Lintas.
Ketika hendak masuk ke wilayah Kodam, dia melewati pos penjagaan seraya mengucap permisi. Hal itu rutin dilakukannya. Akan tetapi, suatu hari secara tiba-tiba, seorang tamtama yang sedang berjaga memanggilnya dan beranjak dari tempat jaga.
Dia menanyakan mengapa Dudung kecil tidak melapor terlebih dulu apa keperluannya masuk. Menurut dia, hal itu tidak perlu dia lakukan lantaran rutinitas mengantar klepon dilakukannya tiap pagi.
"Rupayanya Tamtama yang jaga pos itu Tamtama baru. Karena saya pikir sudah biasa, jadi saya lewat aja. Dia kemudian manggil saua dan turun dari penjagaan sambil bawa senjata. Dia kemudian membentak saya dan tanya kenapa tidak laporan," tutur Dudung sambil menirukan perkataan personel yang berjaga.
Tanpa basa-basi, klepon dagangan yang dibawanya langsung ditendang hingga jatuh berserakan. Dudung masih ingat betul jumlah klepon yang dibawanya saat itu yakni 55 buah.
"Akhirnya ditendang itu piring berisi klepon, isinya ada 55 jatuh semua gelinding," ucapnya. Saat itu, dirinya bangkit. Lantas dia bertekad untuk tidak melakukan hal serupa ketika berhasil lulus menjadi seorang perwira. "Di situ saya bangkit, wah awas nanti saya jadi perwira, masuk AKABRI. Tekad saya ya, tentara tidak boleh menganiaya rakyat," ujarnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta