BANYUMAS, iNews.id - Ada banyak cerita kehidupan masyarakat dari masing-masing daerah di Indonesia. Tutur bahasa dan budaya yang juga berbeda-beda, salah satunya bahasa ngapak Banyumasan.
Dialek ngapak Banyumasan atau basa Panginyongan, merupakan bahasa Jawa Tengah dari wilayah Barat. Bahasa Jawa dialek Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah eks-Keresidenan Banyumas.
Sebagai bahasa lokal Banyumas, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan dialek Banyumasan adalah dengan menggunakan bahasa tersebut di dalam pergaulan.
Cerita Banyumasan kali ini berjudul 'Nambah Bojo'. Masih menceritakan tentang kehidupan Nini Rikem dan Kaki Tupon, kali ini cerita dimulai dengan keluh kesah Nini Rikem. Dimana harga gula yang tak masuk akal dan ada berbagai kebutuhan anak-anaknya yang harus dipenuhi, membuat Nini Rikem merasa lelah urusan dapurnya.
Mendengar itu, Kaki Tupon justru menjawab dengan ingin menambah istri agar ada yang membantu Nini Rikem. Sontak hal itu membuat Nini Rikem terkejut dan sedih. Seketika itu pula Nini Rikem mengubah penampilan dan lebih perhatian pada Kaki Tupon.
Jalan cerita Banyumasan ini bersambung setiap episodenya, dan tayang setiap Senin dan Kamis yang ditulis dengan menggunakan bahasa Ngapak Banyumas.
Berikut jalan cerita episode dua, seperti dirangkum iNews Purwokerto, Kamis (12/5/2022).
Nini Rikem kemrewek neng mburitan mbari meme klambi neng tlawungan. Ramane meneng bae neng pedangan, udud karo medang rawunan boled. Kenape katon kebek, ana kopi ana teh, lan sarapan wis cemawis.
Dina wingi gulane gemblung, merga udan bae. Kebutuhan pirang-pirang marakna nini Rikem kemrewek bae.
"Kaya kie Paijo ( anak nomer telu ) sepatune bodol urung teyeng tuku, Denok ( ragile ) ya tase pedot, magan dina siki adol gula gemblung sih olih pira. Gusti... Gusti... paringono kesabaran. Nyatane genah anake akeh, kudu diwragadi, piwe maning."
Editor : Arbi Anugrah