Sebagian warga sejumlah desa memiliki ide. Mereka memikirkan bagaimana supaya air mengalir sampai ke desanya. Ya, gagasannya brilian. Membuat terowongan air.
Bisa dibayangkan, pada tahun 1948 sudah memiliki ide membuat terowongan air. Bagi sebagian besar warga terlalu ngayawara atau mengada-ada. Sebab, selain menembus bukit berbatu, mereka juga tidak pengalaman apalagi alat yang mumpuni.
Penjaga terowongan air. (Foto iNewsPurwokerto.id/Arbi Anugrah)
Dengan mengucap Bismillah, mereka nekad memulainya. Mulai tahun 1949 hingga 1952. Mereka adalah 8 warga yang berpikir untuk dapat mengalirkan air menembus perbukitan berbatu.
Namanya, San Basri, Tadirana, Darwan, Sanwiraji, Sandirana, Ngalireja, Sumardi, dan Sanbesari. Delapan orang itulah yang memiliki ide, bagaimana membangun terowongan yang dapat mengalirkan air dari Sungai Logawa.
Masing-masing warga memiliki peran. Salah satu yang vital adalah penanggung jawab pekerjaan yakni San Basri. Lalu ada Tadirana yang menggambar atau kerennya insinyur desa. Dialah yang bertugas menggambar bagaimana air dialirkan dengan menembus perbukitan.
Sementara Darwan yang merupakan Kades Kalisalak mengatur keuangan. Ada tugas-tugas lainnya yang dilaksanakan oleh lima orang lainnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait