“Sehingga yang menjadi fokus Muhammadiyah ke depan, bukan nanti hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah seperti apa, sudah, itu memang menjadi dinamika politik, tapi Muhammadiyah berpikir post Covid-19."
"Setelah Covid-19 ini Muhammadiyah mau apa ketika kemiskinan meningkat, masalah sosial semakin kompleks, banyak sekali anak-anak yatim, single parent, anak yang tidak bisa bayar SPP, dan banyak hal yang tidak bisa kita prediksi pada 2022. Itu yang saya kira akan menjadi tantangan bagi Muhammadiyah,” imbuhnya.
Dia menambahkan larut berpolitik akan lebih banyak menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak memberikan solusi konkret bagi masalah yang sekarang ini dihadapi oleh masyarakat. "Oleh karena itu maka yang terjadi sudah bisa kita prediksi, tapi kalau Muhammadiyah istikamah dengan khittahnya, dengan Matan Keyakinan Hidupnya, Insya Allah Muhammadiyah akan tenang-tenang saja,” pungkas Mu’ti.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait