Di Jogja saat itu ada Denpom dan Kompi 26 Polisi Tentara. Kompi ini terlibat dalam operasi-operasi pendukung pertempuran termasuk Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949. Saat itu Serangan Oemoem berhasil menurunkan moril pasukan Belanda.
Pertempuran ada di mana-mana untuk merebut Yogyakarta. Banyak korban di kita karena persenjataan tidak berimbang," kata R Soemardi yang pensiun tahun 1977 dinas terakhir di Pomdam VII (sekarang IV) Diponegoro.
Soemardi mengungkapkan, saat itu dia ditugaskan bertempur di Sektor Barat Yogyakarta. Bahkan pertempuran melebar karena tekanan tentara Belanda menurutnya sangat luar biasa. Dalam ingatannya, dia pernah mendapatkan tugas meledakkan dinamit dalam operasi penghancuran jembatan Kali Bedog Kecamatan Gamping, Sleman.
"Jembatan itu harus kami hancurkan untuk menyekat supaya pasukan Belanda tidak bisa menyeberang untuk memburu pejuang. Ledakannya besar sekali sampai kami merasa ketakutan kalau tiba-tiba Belanda muncul mencari dan mendekati sumber bunyi ledakan,” ujar Soemardi.
“Kami bersama teman-teman seperjuangan saat itu juga berhasil memutus jalur Wates. Dinamit kami pasang di tengah jalan, begitu ada truk penuh tentara Belanda langsung kami ledakkan dan truk terlihat dari kejauhan hancur berkeping-keping. Seketika konvoi kocar-kacir, namun kami tak berani mendekati truk dan merampas senjata, mengingat khawatir datang bala bantuan," ujar Soemardi yang tinggal di Tembalang Semarang.
Sembilan bulan kemudian, tepatnya 17 Desember 1949, prajurit Soemardi ditugaskan mengamankan pelantikan Ir Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat di Sitihinggil Keraton Yogyakarta.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait