Meraih Asa dari Setetes Nira Kelapa

Arbi Anugrah
Asim sedang menderes air nira di pohon kelapa dengan menggunakan alat keselamatan. (Foto: Arbi Anugrah)

"Dari Pertamina melakukan kegiatan-kegiatan salah satunya ya sosialisasi organik. Karena terkait bahan kimia berbahaya, jadi kita sosialisasikan bagaimana untuk produksi gula dengan organik. Terus kemudian untuk ekspor kita buatkan sertifikasi control union, jadi sudah disertifikasi juga," jelasnya.


Toko komunal, pusat jual beli petani Penderes Gula beserta hasil produk olahan ataupun inovasi dari kelompok Pendekar. (Foto: Arbi Anugrah)

Selain itu, Pertamina FT Maos juga membantu dalam hal pembuatan toko komunal agar penjualan gula dari para petani penderes dapat tersalurkan dengan harga yang lebih tinggi, dari pada harga yang diberikan pengepul kepada petani. Dengan hadirnya toko komunal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani penderes di desa tersebut dan mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini memandang sebelah mata terhadap profesi petani penderes.

"Jadi toko komunal itu tokonya dari kelompok penderes bareng-bareng menjual di situ. Jadi ketika penderes itu biasanya dijual ke pengepul harganya lebih murah, tapi di toko komunal harganya lebih tinggi," ujarnya.

Bukan hanya itu, selain membeli hasil produk para petani penderes dengan harga berkeadilan, toko komunal juga mengemas gula semut varian rasa seperti jahe, kunyit dan temulawak hasil inovasi dari anggota kelompok Pendekar untuk dijual kepada masyarakat luas. Meski belum dijual secara online melalui marketplace, namun gula varian rasa ini merupakan terobosan dari hasil upaya pembinaan yang dilakukan Pertamina. 

Walaupun belum dijual secara online, namun kedepanya, jika program CSR ini berlanjut, pihaknya akan melibatkan para pemuda desa maupun anak-anak para penderes untuk ikut dalam memasarkan produk inovatif yang dihasilkan oleh orang tua mereka, salah satunya dengan melakukan penjualan secara online lewat marketplace.

Selain itu, untuk meningkatkan pendapatan petani, kelompok tani Pendekar juga melakukan inovasi dengan membuat es badeg yang terbuat dari air nira kelapa dengan dikemas menggunakan cup. Hasil dari inovasi ini mengubah pola pikir para penderes gula kelapa, di mana turunan dari air nira kelapa tidak hanya bisa dibuat gula cetak, tetapi juga gula semut original dan varian rasa hingga es badeg yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pelepas dahaga. Saat ini hasil produksi kelompok ini telah dijual didua lokasi yang ada di wilayah tersebut.

"Jadi kita buat sendiri satu toko yang memang milik Penderes untuk digunakan jual produk-produk Penderes, produknya ada gula original, gula semut jahe, gula semut kunyit, temulawak. Lalu ada juga gula cetak, karena masih banyak masyarakat yang memerlukan gula cetak, lalu es badeg atau air nira," ucap Agil.

"Untuk air nira ini sendiri sebuah terobosan yang diusulkan dari kelompok. Jadi kelompok biasanya menjual gula yang dihitungnya kiloan dengan harga Rp20 ribu, padahal dari nira 8 liter. Tapi kalau dikemas jadi kecil-kecil pakai cup, bisa jadi minuman 30 cup. Untungnya lebih banyak, masing-masing dijual Rp2000, jadi hasilnya Rp60 ribu. Selama difreezer bisa bertahan sampai 2 bulan," lanjut Agil.

Kemudian, menurut Agil, untuk meningkatkan keamanan para Penderes gula kelapa yang memiliki tingkat resiko tinggi saat bekerja, Pertamina juga memfasilitasi alat keselamatan penderes berupa sabuk pengaman dan penanaman pohon kelapa genjah yang dapat tumbuh tidak tinggi seperti pohon kelapa pada umumnya.

Lalu ada juga alat bernama drupadi, sejenis alat pemantau kecepatan angin yang akan berbunyi dan memberikan peringatan saat terjadi angin kencang. Hal ini tentu dapat meminimalisir tingkat kecelakaan kerja para penderes agar tidak terjatuh dari pohon kelapa.

"Jadi memang kalau resiko penderes itu tinggi, ada beberapa kejadian kecelakaan, kalau cerita ada beberapa penderes yang pernah jatuh sampai kondisinya kritis, cacat dan ada yang meninggal dunia, itu banyak kejadian. Kita dari Pertamina berfikir inovasi untuk meminimalisir itu, salah satunya alat pengaman, lalu pohon kelapa genjah yang lebih pendek dan kita buatkan alarm, jadi ketika ada angin kencang bakal bunyi untuk memperingatkan penderes biar tidak naik. Jadi cerita penderes itu kalau angin kencang, pohon kelapa bisa mentiung (melengkung)," jelasnya.

Seluruh alat dan upaya yang diberikan PT Pertamina Patra Niaga FT Maos ini diharapkan dapat meminimalisir angka kecelakaan kerja para petani penderes gula kelapa yang ada, selain meningkatkan kesejahteraan mereka dalam mendapatkan penghasilan yang berkeadilan kedepannya. Bahkan, PT Pertamina Patra Niaga FT Maos juga terus memantau terkait kesulitan yang dihadapi para petani di kelompok Pendekar, dengan intens melakukan komunikasi dan mengadakan pertemuan rutin selama 5 tahun terakhir ini.

 

Editor : EldeJoyosemito

Sebelumnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network