Menghadapi situasi ini, maka kereta api mundur, sedangkan pasukan pengawal tertinggal karena dihujani tembakan. Akhirnya pasuka Poedjadi dapat menahan hidup empat orang dan menembak mati lima orang Belanda, merampas lima senjata jenis LE dan satu pucuk senjata bren.
Hari berikutnya, Senin Wage setelah pertempuran di Panembangan, pasukan Poedjadi berangkat menuju Desa Gunung Lurah sebelah timur Panembangan dan menempatkan diri di sana. Pada siang hari, pasukan Belanda kurang lebih dua regu yang bermarkas di grumbul Damaraja berpatroli ke Desa Gunung Lurah.
Memang setiap beberapa hari sekali, Belanda selalu melakukan patroli keliling ke beberapa wilayah. Sejak dikuasainya Kota Purwokerto oleh Belanda, hampir semua pejuang dan pemerintahan kala itu bergeser ke utara Kota Purwokerto atau sekitar lereng kaki Gunung Slamet termasuk Desa Gunung Lurah.
Ketika itu, seorang petani yang tengah berada di sawah melihat ada banyak tentara Belanda yang tengah melintas jembatan gantung di selatan jalan kereta api menuju Gunung Lurah. Petani lari pulang untuk melaporkan kepada tentara Indonesia yang tengah mencuci pakaian di sungai dan sarapan, petani tersebut mengatakan jika ada Belanda mau masuk Gunung Lurah.
Editor : Pepih Nurlelis