Sepanjang jalan KA ditempatkan pos-pos keamanan Belanda salah satunya yaitu di pabrik minyak kelapa Karanggandul. Sesuai dengan sasaran perang gerilya, jalan KA harus dikuasai dan dirusak, maka terjadilah pertempuran-pertempuran di sepanjang jalur KA.
Ketika itu Poedjadi mendapat informasi dari seorang masinis KA yaitu Pak Koeswadi asal Tumiyang dari stasiun Karangsari yang pro terhadap tentara Indonesia. Dia mengatakan jika pada hari Minggu akan bertugas menjalankan KA yang melewati daerah Panembangan. Pada malam itu juga Kompi Poedjadi yang berada di desa tersebut dengan dibantu pejuang setempat mengadakan persiapan.
Prajurit Salimin yang berasal dari Kie Hardojo yang sedang cuti di desa, pada malam itu juga bersama-sama pejuang setempat memasang rintangan jalan, menutup jalan dari Panembangan ke jurusan Cilongok dengan batu untuk menghambat bantuan dari arah selatan, begitu pula yang dari jurusan Karangsari.
Untuk menghentikan KA yang akan melewati bawah jembatan jalan raya, di jembatan tersebut digantungi batu-batu besar. Diatas rel diberi tumpukan batu-batu besar yang didalam tumpukan tersebut diberi karung berisi Tawon Baluh (lebah penyengat), yang diambil oleh Bakri dari desa Langgongsari.
Editor : Pepih Nurlelis