get app
inews
Aa Read Next : Posko Netralitas TNI Polri, Masyarakat Dipersilakan Lapor Jika Ada yang tak Netral

Kisah Polisi Kotor Zaman Hindia Belanda, Terima Upeti di Tempat Judi Untuk Memperkaya Diri

Rabu, 21 September 2022 | 11:07 WIB
header img
Potret polisi kolonial Hindia Belanda dengan seorang tahanan. (foto: repro koleksi KITLV)

Van Helsdingen langsung bergerak cepat. Untuk kelancaran proses penyelidikan, sejumlah petinggi kepolisian yang diduga terlibat langsung dinonaktifkan sementara. Di antaranya adalah Komisaris Besar polisi Misset yang menjabat kepala sekolah kepolisian dan Komisaris Besar polisi H. De Waard, kepala depo pelatihan dan pendidikan polisi lapangan di Buitenzorg (sekarang Bogor).

Pembukuan keduanya kemudian diketahui tidak beres. Pada akhir September 1923, keduanya dipecat dari kepolisian. Van Helsdingen kemudian menggandeng dinas akuntasi memperluas ruang lingkup penyelidikannya.

Penyelenggaraan administrasi korps kepolisian lokal di Jawa dan luar Jawa juga tak ada yang luput dari pengawasannya. Dalam pembukuan keuangan kepolisian di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Manado dan Makassar terungkap telah terjadi penyelewengan. 

Di kepolisian Medan, Van Helsdingen juga membongkar kasus suap. Seorang ajun komisaris besar dan sejumlah pengawas kepolisian terbukti memperkaya diri mereka dan keluarga mereka, dengan cara memeras pusat-pusat perjudian.

Tercatat dalam Rapport nopens de werking van de organisatie der politie op de groote hoofdeplaatsen van Java (Laporan kinerja lembaga kepolisian di kota-kota besar di Jawa) 9 Maret 1925, para petinggi polisi itu memiliki mobil-mobil mewah, kuda-kuda pacu, serta terbiasa berfoya-foya memberi hadiah perhiasan emas kepada istri dan anak-anak perempuan mereka.

“Setelah Van Rossen, Misset dan De Waard ditahan, sepanjang 1924 masih banyak anggota kepolisian lain yang diperkarakan,” kata Marieke Bloembergen.

Van Rossen ditangkap tidak lama setelah digelarnya acara pesta perayaan naiknya tahta Ratu Wilhelmina. Van Rossen terbukti terlibat skandal penggelapan keuangan.

“Van Rossen mengaku bersalah dan ditahan,” tulis catatan tersebut.

Komisaris Besar polisi Batavia Van Rossen dituntut 6 tahun penjara pada 8 Februari 1924. Koresponden koran Den Haag di Hindia, Het Vaderland, menyebut kuatnya sistem saling melindungi dalam kepolisian umum di gewest Batavia sebagai penyebab utama praktik ini.

Het Vaderland melakukan investigasi lanjutan dan menjadikannya sebagai laporan berita panjang pada September 1923. Skandal kepolisian yang terbongkar di Batavia membuat citra kepolisian kolonial modern menjadi sorotan. 

Menyikapi hal itu Pemerintah Hindia Belanda langsung mengambil tindakan keras dengan melakukan bersih-bersih di tubuh kepolisian. Para petinggi kepolisian Van Rossen, De Waard dan Misset disebut semuanya berasal dari korps inspektur polisi Den Haag. Bahkan Misset sebelumnya pernah ditegur karena masalah nepotisme.

Kuatnya sistem saling melindungi itu mengakibatkan terjadinya penyelewengan di tubuh kepolisian Batavia. Di antaranya suap yang berasal dari pusat perjudian dan pelacuran, serta pendapatan ilegal dari distribusi beras yang berlangsung marak. Termasuk juga pengeloaan keuangan yang kacau serta salah kelola dalam penerimaan dan penempatan anggota polisi di lapangan.

Artikel ini telah tayang di INews.id dengan judul: "Kisah Skandal Petinggi Polisi di Masa Hindia Belanda, Bikin Heboh Tanah Kolonial".

 

Editor : Aryo Arbi

Follow Berita iNews Purwokerto di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut