PURWOKERTO, iNews.id - Siswanto (38) atau lebih dikenal sebagai Siboen, seorang YouTuber dengan akun YouTube-nya Siboen Chanel yang memiliki 1,22 juta subscriber dan juga pencetus Kampung YouTuber ini tak langsung terkenal begitu saja. Perjalanan panjang penuh perjuangan yang sangat memilukan dialami pria asli Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas ini.
Selain terlahir bukan dari keluarga mampu, hingga hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) hingga saat sekolah dirinya membantu orang tuanya berjualan keliling saat ada hiburan malam.
Disinilah kisahnya dimulai, Siboen bercerita saat ditemui iNews Purwokerto beberapa waktu lalu. Selepas orang tuanya tidak lagi mampu membiayai sekolahnya, hingga akhirnya dia menjadi anak putus sekolah di tahun 1996. Diapun memantapkan diri untuk pergi ke Jakarta pada tahun 1997 hingga 1998 dan bekerja pada sebuah perusahaan roti.
Namun Siboen kecil kala itu terpaksa harus kembali dari Jakarta ke Desa-nya yang berjarak sekitar 17 kilometer dari Kota Purwokerto. Pasalnya kala itu terjadi kerusuhan besar-besaran, hingga Siboen kecil mangaku takut terjadi sesuatu hal pada dirinya, hingga dirinya kembali ke Desa-nya.
Siboen kecil yang mulai beranjak remaja diakuinya memang dihinggapi masa remaja yang tidak menentu, jarang pulang dan sulit diatur. Hingga dicap sebagai anak nakal oleh warga kampungnya.
"Jadi dulu kita anak muda yang nakal nakalnya anak muda, namanya di kampung. Tapi kita sebenarnya bukan anak nakal, tapi anak putus sekolah, jadi kita mau ngelanjutin sekolah orang tua tidak mampu membiayai, sehingga berhenti di sekolah dasar," jalasnya.
Sebagai anak yang saat itu dianggap sulit diatur, Kepala Desa Kasegeran, Saifudin yang menjabat menjadi Kepala Desa periode pertama sekitar tahun 1999-2000 ini mulai mendekati Siboen dan mendengarkan keinginannya. Hingga akhirnya, Saifudin mengirim Siboen dan beberapa anak lainnya di Desa tersebut ke Panti Rehabilitasi Antasena Magelang untuk mengikuti pelatihan otomotif motor.
Kala itu, Saifudin hanya menyampikan jika ada program pelatihan gratis untuk anak anak putus sekolah, dan anak anak tidak mampu. Hingga akhirnya Siboen tertarik untuk memiliki keahlian dibidang otomotif.
"Kepala Desa Seifudin menyampikan ada program pelatihan gratis untuk anak anak putus sekolah, anak anak tidak mampu, maka saya sangat tertarik, saya berangkat kesana. Saya tidak tahu kalau Antasena itu panti rehabilitasi anak nakal, jadi saya seperti terjebak sebenarnya, tetapi saya tidak perdulikan itu, intinya ilmunya," ujarnya.
Satu tahun dirinya belajar di panti tersebut hingga menguasai ilmu mekanik otomotif motor sebagai lulusan terbaik se Indonesia. Dia mengaku jika dirinya memang berniat untuk belajar, bukan karena keterpaksaan, bukan karena kenakalan, dan bukan karena kesalahan.
"Kalau tahu itu tempat rehabilitasi, ya saya tidak mau. Pasti saya tidak mau, ya karena berlawanan dengan nurani saya, wong saya tidak nakal kok, itu sekitar tahun 2000, masa pendidikan disana, saya berangkat 1999. Intinya apapun tempatnya, tetap ilmunya yang paling penting itu ilmu nya," ujarnya.
Dia mengatakan jika semua ini adalah jalan yang sudah digariskan oleh tuhan, sehingga dirinya banyak belajar dan berubah lebih baik. Sebagai lulusan terbaik, dirinya langsung diminta bekerja di Yogyakarta hingga Jakarta, hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke Desanya.
"Bahwa kenakalan itu tidak akan berguna jika kita tidak berubah, tetapi kenakalan itu akan berguna, jika kita manfaatkan kenakalan itu menjadi energi untuk kita menjadi lebih baik, karena orang hebat itu sisa dari kenakalan dan kesalahan," ucapnya.
Di Desanya tersebut, dia kemudian mendirikan bengkel secara mandiri. Bahkan tahun 2005, dia memantapkan diri untuk menikahi gadis desa yang kini setia mendampinginya dikala sulit hingga sukses seperti saat ini.
Saat itu, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ditambah sang istri tengah hamil anak ketiga, disamping membuka bengkel di desa, dia mengaku jika selepas bengkel tutup, dia berupaya mencari penghasilan lain dengan memulung rongsok. Kala itu mengais rongsok terpaksa dia lakukan, karena bengkel tidak bisa dijadikan andalan untuk memenuhi kebutuhan.
"Anak ketiga saya ini inspirasi semangat saya, anak pertama dan kedua itu kembar. Sebelum saya ke YouTube, banyak hal yang saya lakukan untuk cari tambahan penghasilan. Dari cari rongsok, keliling setiap habis bengkel tutup, bawa magnet sambil ngurut jalan, bawa gendong keranjang, kantong plastik, botol plastik saya masukkan tidak mengubah. Kemudian jadi pedagang kedelai petani di kampung, saya jual keliling, bantu nanti ada hasilnya dibagi, itu juga tidak merubah apa apa," ceritanya.
Hingga pada suatu waktu di tahun 2017 dirinya melihat televisi ada berita tentang beberapa YouTuber yang sukses dengan pendapatannya hingga ratusan juta. Dengan rasa penasarannya kala itu, dia menganggap jika hal tersebut hanya untuk mencari sansasi. Namun rasa penasaran itu juga yang mengalahkan segalanya hingga membuat dirinya mencari tahu melalui google agar bisa memiliki penghasilan dari YouTube.
"Ada satu YouTuber yang produksi konten setiap harinya menggunakan alat mahal. Kalau YouTube tidak kasih uang, tidak mungkin mereka akan melakukannya. Nah ini menjadi kesadaran saya kalau di Youtube itu bener dapat uang. Akhirnya saya menggali dan saya buka YouTube cara mendapatkan uang. Disitu saya mendapati video tutorial cara menjadi mitra YouTube, saya belajar otodidak dari google dan juga dari YouTube. Itu yang jadi awal atau dorongan saya ke YouTube," jelasnya.
Perjuangan dan cerita inspiratif Siboen belum berhenti sampai disini, bagaimana dia bisa menghasilkan uang Rp150 juta per bulan dan mencetuskan Kampung YouTuber dengan kisah pilu, bahkan cibiran dari masyarakat akan kesuksesannya. Tunggu cerita lengkap selanjutnya tentang Cerita Siboen!
Editor : Arbi Anugrah