Oleh: Suci Wahyuningsih SPd, guru SD Negeri Kedunguter, Banyumas
PANDEMI Covid-19 mengubah kebiasan manusia, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pemerintah membuat kebijakan pembelajaran daring untuk mengurangi interaksi yang berpotensi menyebarkan virus.
Meski pembelajaran daring terkesan praktis, namun pada kenyataannya banyak dijumpai kendala di lapangan. Posisi berjauhan membuat pendidik tidak memiliki kontrol penuh atas pembelajaran yang dilakukan.
Berdasarkan riset yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pandemi Covid-19 mengakibatkan kehilangan pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan.
Hasil riset Kemendikbudristek menunjukkan, sebelum pandemi kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi.
Namun setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan. Untuk literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar, sedangkan untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar.
Data tersebut merupakan hasil riset Kemendikbudristek yang diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 kabupaten/kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020 dan April 2021.
Untuk itu, Kemendikbudristek menyusun Kurikulum Prototipe sebagai bagian dari kurikulum nasional untuk mendorong pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Kurikulum baru ini akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program sekolah penggerak. Selanjutnya, akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan.
Pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19 penting dilakukan untuk mengurangi dampak learning loss pada peserta didik.
Salah satu indikasi learning loss yang tampak adalah berkurangnya kemajuan belajar dari kelas 1 ke kelas 2 SD setelah satu tahun pandemi.
Editor : Arbi Anugrah