"Upayanya sosialisasi kepada masyarakat, dan lebih ke literasi digital, manfaat dan dampaknya bagaimana. Kita harus bijak bermedia sosial termasuk jangan terpancing dengan iklan-iklan yang salah satunya adalah judi online," ucapnya.
Maka dari itu, peran semua pihak perlu dilakukan untuk mengantisipasi masyarakat terjebak semakin dalam ke dunia harapan tanpa kepastian.
"Kalau untuk orang yang sudah kecanduan main judi online, kalau masih bisa diomongin ya diomongin. Tapi kalau sudah jadi penyakit dan menyerang psikologi harus ke psikiater, karena kalau sudah tidak bisa diomongin berati sudah sakit mental, karena terlalu berharap dari judi online ini, apalagi sampai berani melakukan tindakan kriminal yang tidak disangka dari awal," jelasnya.
Akademisi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Ayu Kurnia S, S.Psi., M.Psi mengungkapkan penyebab yang dapat ditimbulkan dari judi online, baik kepada anak-anak remaja hingga orang dewasa, di mana biasanya memiliki tanda-tanda yang khas. Jika pada anak remaja, menurut Ayu, mereka tengah mencari jati diri dan memiliki rasa penasaran yang tinggi untuk coba menantang diri mereka, biasanya diawali dengan game online gratis yang kerap muncul dari pop-up game tersebut.
"Dari kajian psikologi, penggunaan judi online pada anak dan remaja itu tidak disengaja, biasanya berawal dari game online, kemudian nanti di arahkan ke judi online. Karena itu muncul pop-up yang banyak sekali. Jadi mereka coba-coba terus menantang diri mereka, cari aktivitas, cari temen dan mereka merasa bisa cari uang, akhirnya mereka lanjutlah, karena ada peluang dapat uang, walaupun itu sebenarnya cuma permainan bandar," jelas Dosen Fakultas Psikologi UMP spesialisasi Psikologi Keluarga dan Forensik.
Namun jika pengaruh judi online pada orang dewasa, faktornya lebih banyak dipengaruhi oleh uang. Apalagi tuntutan ekonomi keluarga untuk dapat mencari sumber-sumber keuangan yang cepat, agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
"Tapi akhirnya, karena judi memiliki sifat adiktif. Kalau dia menang sekali, dia akhirnya coba-coba dan akhirnya ketergantungan, itu terjadi ke anak-anak, remaja dan dewasa, bahkan ibu-ibu juga bisa," ujarnya.
Maka dari itu Ayu menekankan agar orang tua paham tanda-tanda yang ditunjukkan oleh anak yang telah bermasalah dengan judi online. Tanda-tanda tersebut biasanya akan terlihat bagi anak yang telah adiktif, diantaranya anak-anak dan remaja mulai sering melakukan kebohongan-kebohongan kepada orang tua, kerap bolos sekolah, nilai akademik menurun, mengasingkan diri hingga yang paling parah adalah mulai mencuri uang orangtuanya atau uang di lingkungan rumahnya.
"Karena remaja belum mandiri secara finansial, jadi mereka masih akan mencari bantuan orang-orang terdekat di rumahnya. Makanya orang tua perlu peka, rutin melihat handphone si anak, karena online, dan yang bisa diakses adalah history pengguna handphonenya," ungkap Tim Student Discipline Center UMP ini.
Ayu menjelaskan, secara psikologi dampak yang terjadi pada anak-anak remaja yang terlibat judi online ketika secara konsisten kalah terus di dalam permainan tersebut, biasanya akan memunculkan depresi atau cemas. Sebab, selama ini mereka terlalu berharap akan kemenangan, untuk mengembalikan uang yang telah mereka gunakan, ditambah mereka akan terganggu secara relasi sosial karena sering mengasingkan diri.
Editor : EldeJoyosemito