Darah Komando Sarwo dan Pramono: Ketika Ayah serta Anak Sama-Sama Jadi Danjen Kopassus

Hingga tiba saatnya pada tahun 1985, sebuah nama yang akan melekat hingga kini ditetapkan: Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Selama tujuh dekade pengabdian tanpa henti, tampuk kepemimpinan Korps Baret Merah telah diamanahkan kepada 35 Komandan Jenderal (Danjen) yang gagah berani.
Estafet kepemimpinan ini bermula dari Mayor Infanteri Idjon Janbi, seorang perintis yang meletakkan fondasi kekuatan Kopassus.
Sebuah catatan menarik terukir dalam daftar para Danjen, di mana tersemat nama Kolonel Infanteri Sarwo Edhie Wibowo dan Mayor Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. Dua jenderal bintang yang tak hanya gagah di medan perang, namun juga terikat oleh tali darah yang kuat.
Sebuah garis keturunan yang kuat dan membanggakan terjalin dalam sejarah Kopassus. Kolonel Infanteri Sarwo Edhie Wibowo, sang komandan RPKAD atau Danjen Kopassus ke-5, adalah ayah kandung dari Mayor Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Danjen Kopassus ke-23.
Kolonel Infanteri Sarwo Edhie Wibowo, seorang putra Purworejo yang lahir pada 25 Juli 1925, memimpin pasukan khusus dengan ketegasan dan keberanian selama tiga tahun, dari 1964 hingga 1967. Beliau adalah tangan kanan Soeharto dalam operasi penumpasan Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI), sebuah gerakan yang mengancam ideologi Pancasila.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta