JAKARTA, iNews.id - Perjalanan ke kampung halaman bagi sebagian pemudik di Jawa pasti sudah tidak asing dengan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) PO Haryanto. Ada kisah menarik dan inspiratif dari berdirinya perusahaan otobus terbesar itu.
Bagi sebagian besar pengusaha, bisnis merupakan ladang untuk mengeruk keuntungan besar. Tapi, tidak demikian bagi pemilik perusahaan otobus PO Haryanto.
Dalam dunia transportasi, dibalik pasang surut kondisi perusahaan, selalu saja ada cerita ajaib yang mewarnai perjalanan usaha mereka. Seperti yang dialami Rian Mahendra, direktur operasional sekaligus putra pemilik PO Bus Haryanto.
Saat itu, dia ditugaskan sang ayah merintis trayek bus baru di Madura, yakni Bangkalan dan Sumenep. Pada awal membuka trayek penumpang sangat sepi, hanya satu hingga empat orang selama tiga bulan.
PO Haryanto sendiri awalnya didirikan pada tahun 2002 oleh Haji Haryanto, seorang pria asal Kudus, Jawa Tengah. Usaha tersebut berawal setelah Haji Haryanto purnatugas di Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad TNI Angkatan Darat, Tangerang.
Meski dibangun usai purnatugas, namun saat masih dinas, Haji Haryanto dikenal sebagai sosok pekerja keras, usai bertugas, ia tak segan menjadi sopir angkutan kota dari sore hingga subuh. Sampai akhirnya, dia memiliki angkot sendiri.
Setelah melalui berbagai ujian dalam usaha, H Haryanto akhirnya merambah angkutan bus. Dari lima bus terus berkembang hingga puluhan bus eksekutif, dan sekarang memiliki 300 bus lebih. Sebagai salah satu perusahaan otobus terbesar, kini PO Haryanto telah memiliki 2.000 karyawan.
"Dulu itu aku ketika ngerintis Madura, hanya dua bus satu hari (Sumenep dan Bangkalan). Tiga bulan penumpang hanya satu, dua, tiga, empat orang. Sampai suatu saat ada orang datang. Orang sana bilang itu golongan wali," ujarnya, dilansir dalam channel YouTube Coach Yudi Candra.
"Orang itu tiba-tiba datang ke Terminal Bangkalan, bawa kambing satu. 'Mas tolong ini kasih ke Bapak Haji Haryanto (ayahnya), nanti suruh masak sedakahi ke orang kampung'. Namanya Mbah Salamun," kata Rian.
Dia mengungkapkan orangnya penuh kadas, panu dan kurap. Namun, masyarakat sekitar dan dirinya tahu ini bukan orang biasa.
Rian pun menghubungi sang ayah untuk mensedakahi kambing. "Saya diminta ayah saya saat itu untuk memberikan Rp500 ribu ke Mbah Salamun," ujarnya.
Dia pun menerima kambing itu dan mengikatnya di tiang tenda bakso untuk disedakahi. "Kambing sempat lepas sampai dikejar orang se-teriminal. Ditangkap warga dan diikat kembali," katanya.
"Ketika (kambing) diikat penumpang brer-brer. Di hari pertama aku seumur-umur buka Madura isi penumpang sampai 16 orang. Baru pertama kalinya (saat itu) buka bus di Madura penumpang sebanyak itu. Kalau tidak ada campur tangan Allah itu tidak mungkin," kata Rian.
Dia mengungkapkan ini menjadi cikal-bakal PO Haryanto memimpin pasar di Madura. Sebelumnya trayek tersebut dipegang PO Pahala dan kini dikuasai PO Haryanto.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemilik PO Haryanto berkomitmen menjadikan usahanya sebagai ladang ibadah. Walau kondisi perusahaan naik turun, sejak 2002 H Haryanto tetap menyantuni anak yatim piatu yang jumlahnya kini mencapai 5.361 orang. Bahkan setiap tahun mereka memberangkatkan umrah dan naik haji, serta terus membangun masjid.
Editor : Arbi Anugrah