Pria kelahiran Cepu, Blora 2 Oktober 1932 ini sempat nyaris tewas ditembak musuh dalam beberapa pertempuran. Beruntung, nyawanya masih terselamatkan.
Dalam buku berjudul “Benny Moerdani yang Belum Terungkap” perburuan terhadap Benny oleh pasukan elite Belanda Koninklijke Mariniers bermula ketika Benny yang saat itu berpangkat Kapten bersama prajurit RPKAD kini bernama Kopassus diterjunkan dalam Operasi Naga di Irian Barat. Saat dalam perjalanan menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke, pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai diserang oleh Marinir Belanda.
Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dielakkan. Benny yang tidak menduga bakal mendapat serangan mendadak tersebut, langsung berlindung dan menginstruksikan anak buahnya untuk menyelamatkan diri. Dalam penyergapan tersebut, Jenderal Kopassus ini nyaris tewas karena topi rimbanya tertembak. Beruntung, nyawanya masih bisa selamat.
Begitu juga saat konfrontasi Indonesia-Malaysia pada 1964. Dalam Operasi Dwikora di pedalaman belantara Kalimantan ini Benny Moerdani juga nyaris kehilangan nyawanya. Ini terjadi aat Benny bersama pasukannya menyusup ke daerah musuh.
Penyusupan Benny tercium pasukan SAS, yang sudah terkenal kehebatannya dalam pertempuran di PD II. Mereka kemudian menunggu di seberang sungai.
Berada di ketinggian, pasukan elite Inggris ini tinggal menunggu waktu untuk memberondong Benny dan pasukannya. Terlebih, posisi Benny Moerdani berada di perahu paling depan yang memudahkan pasukan SAS mengincarnya.
Bahkan penembak jitu dan sniper pun sudah membidikan senjatanya ke arah Benny. Namun anehnya, pasukan SAS tak juga melepaskan tembakan. Mereka terdiam beberapa detik, hingga akhirnya Benny dan pasukannya berhasil lolos dari maut.
Editor : Alfiatin
Artikel Terkait