Salah satu cara siswa memantik idenya sendiri adalah melalui pengalaman diri, baik keseharian, momen tertentu, hingga kesan yang meninggalkan rasa, memori, sekaligus pesan di benak mereka.
Misalnya mulai dari hubungan persahabatannya dengan teman-teman di sekolah, saat pergi berlibur, pengalaman masa kecil bersama orang tua mereka, hewan kesayangan, dan masih banyak lagi. Kisah fiksi bahkan fabel turut mewarnai kehebatan anak-anak ini mengurai imajinasi dalam susunan huruf yang diungkapkan secara polos khas anak-anak.
Anak-anak Puhua School. (Foto: Dok Puhua)
Proses penulisan buku dilakukan oleh siswa sendiri selama kurang lebih empat minggu. Orisinalitas mereka terjadi melalui kegigihan mereka sendiri membangun kisah utuh yang disemati rasa semangat menulis yang kental.
Tentu saja semua itu tak muncul sesaat. Secara terbuka dan fasih anak-anak mendiskusikan alur, bahkan pilihan kata yang mereka sematkan sesuai dengan rasa bahasa yang ingin mereka sampaikan. Hasilnya begitu mengharukan. Puluhan anak-anak ini berhasil membuktikan bahwa menulis bisa dilakukan siapa pun asalkan mau dan berusaha.
Tak ada bakat yang benar-benar terpendam, dan tak ada peluang yang tak bisa diwujudkan hingga menjadi kenyataan. Hal inilah yang berhasil dibuktikan oleh para pendidik di SD Puhua School di bawah pimpinan Kepala Sekolah SD Puhua Yohannes. Ide membukukan hasil karya tulisan anak-anak ini digawangi Pak Yo, sapaan akrabnya yang sudah bergelut di dunia pendidikan dasar selama 10 tahun. Ia sejak dulu ingin mngembangkan proses pembangunan lingkungan sekolah yang didasari semangat melek literasi sebagai salah satu pendidikan karakter Siswa Puhua.
Bagi Yohannes, literasi tak sebatas persoalan keterampilan baca-tulis belaka. Di dalamnya ia menyematkan sebuah mimpi agar anak-anak didiknya mampu membuka mata serta hatinya untuk selalu bersahabat dengan buku, memahami isinya, mampu bercerita ulang, berani beropini, bahkan mampu mencari lebih dalam atas sebuah fakta.
Proses literasi sebetulnya berada di titik penting. Ini. Terbentuknya karakter kerpibadian anak yang kuat, tak mudah dipengaruhi atau diprovokasi, dan memiliki kecerdasan intelektual dengan selalu punya rasa ingin tahu atau mencari tahu lebih dalam atas informasi yang diterimanya merupakan bagian dari sebuah tujuan substansi pendidikan literasi. Menulis adalah salah satu medium mencapai hal tersebut.
Karena di dalam menulis ada banyak proses pengembangan diri dan pikiran yang membentuk sebuah wawasan jadi berkembang pesat melalui berbagai metade pencarian. Lantas Pak Yo, sapaan akrab Kepala Sekolah ini, bersama guru pendamping siswa di kelas menulis ini mencetuskan ide untuk menerbitkan karya siswa mereka menjadi buku. Dengan gigih Pak Yo mencari penerbit yang mau mewujudkan mimpi tersebut.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait