Sjafrie yang malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus mengatakan, setelah satu jam perjalanan dari Bandara Kroasia. Soeharto akhirnya tiba di Bandara Bosnia.
Namun, saat sampai di Bosnia, Soeharto menolak menggunakan rompi antipeluru yang sudah dipersiapkan. Bahkan, Soeharto meminta Sjafrie untuk membawakan rompi antipeluru tersebut. ”Eh Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," kata Sjafrie menirukan ucapan Soeharto.
Sikap Soeharto yang terbilang nekat itu membuat dirinya kebingungan. Suasana pun semakin mencekam lantaran, suara dentuman meriam dan desingan peluru terdengar sangat jelas.
Sjafrie pun mempunyai ide, dan segera meminjam jas dan peci hitam yang sama persis dengan yang dipakai Soeharto untuk mengelabui para sniper yang ada di sekitarnya.
Mantan Pangdam Jaya ini terus menempel Soeharto itu melindungi orang nomor satu di Indonesia ketika itu. "Ini untuk menghindari sniper mengenali sasaran utamanya dengan mudah," ucap Sjafrie.
Penasihat khusus Prabowo di Kementerian Pertahanan ini juga membagikan kisahnya tersebut di channel Refly Harun.
“Pembicaraan antara dua presiden, memang terjadi ledakan tapi ledakan itu tidak mengganggu jalannya pertemuan,” kata Sjafrie menjawab pertanyaan Refly soal kejadian di Sarajevo.
Sementara untuk mengawal Presiden Jokowi nantinya, setidaknya ada 39 anggota Paspampres diikutsertakan dalam kunjungan ini. Sebanyak 10 personel tergabung dalam tim penyelamatan, 19 personel grup utama dan 10 personel menjadi tim pendahulu yang sudah berada di Rusia atau Ukraina.
Editor : Arbi Anugrah