get app
inews
Aa Read Next : Ini Alasan Kenapa Kucing Tidak Masuk Surga

Bertobat Sebelum Terlambat, Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah

Jum'at, 29 Oktober 2021 | 07:05 WIB
header img
Tidak ada manusia yang bebas dari dosa, kecuali para Nabi yang bersifat ma’sum. (Foto: Unsplash)

Jiwa seperti ini disebut an Nafsul Lawwamah (jiwa yang selalu mencela). Tingkatan inilah yang paling banyak didapatkan pada orang yang bertaubat. Karena kejahatan itu menjadi tabiat manusia, sehingga jarang sekali yang betul-betul terbebas dari padanya. Orang-orang inilah yang dijanjikan Allah swt dalam surat An Najm (53):32 sbb :
اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَباَئِرَ الْاِثْمِ وَالْفَواَحِشَ اِلاَّ الَّلمَمَ اِنَّ رَبَّكَ واَسِعُ الْمَغْفِرَة هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَكُمْ مِنَ الْاَرْضِ وَاِذْ اَنْتُمْ اَجِنَّتُمْ فىِ بُطُوْنِ اُمَّهاَتِكُمْ فَلاَ تُزَكُّواْ اَنْفُسَكُمْ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“ Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”.

Tingkatan ketiga, orang yang bertaubat  hanya sementara waktu saja. Setelah itu ia kembali dikuasai oleh nafsunya untuk melakukan dosa-dosa lain secara sadar, lantaran ia tidak mampu mengendalikan diri. Namun dalam waktu yang sama ia tetap tekun menjalankan berbagai kewajiban agama. Ia sangat ingin diberi kemampuan oleh Allah untuk dapat menundukkan nafsunya. Bahkan ketika selesai melakukannya iapun menyesal dan mengatakan “Sekiranya aku tidak pernah melakukannya . . .Aku ingin sekali bertaubat, dan berjuang untuk menundukkan nafsuku”. 

Nafsu seperti ini disebut an Nafsul Musawalah, nafsu menggoda, nafsu yang memperindah perbuatan dosa. Pelakunya disinggung dalam firman Allah SWT Surat At Taubah, 9:102 sebagai berikut:

وَاَخَرُوْنَ اعْتَرَفُواْ بِذُنُوْبِهِمْ خَلَطُواْ عَمَلاً صاَلِحاً وَاَخَرَ سَيِّئاً عَسىَ اللهُ اَنْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“ Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Model yang ketiga ini, jika ditinjau dari ketekunan menjalankan ketaatan dan ketidaksukaan dengan apa yang ia lakukan, masih bisa diharapkan. Namun jika ditinjau dari perilakunya yang berulang-ulang melakukan maksiat dan menunda-nunda taubat, kondisinya sangat membahayakan, dan dikhawatirkan ia mati dalam su’ul khotimah, bukan husnul khotimah. Taubat yang demikian sering disebut taubat sambel. Laksana orang makan sambel pedas, dia mengeluh kepedasan namun tetap juga berulang-ulang memakannya.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut