Selain kekerasan saat interogasi di awal, buku ini disajikan dengan dua sudut pandang. Pertama sudut pandang Biru Laut, yang lebih banyak bercerita tentang kegiatan selama menjadi aktivis mahasiswa dan kekerasan-kekerasan yang mereka alami.
Kemudian kedua sudut pandang Asmara Jati, adik Biru Laut. Dalam bagian kedua ini lebih banyak mengisahkan tentang keluarga yang kehilangan. Tentang penantian seorang adik, orangtua, sahabat, dan kekasih yang kehilangan orang yang dicintai.
Betapa hancurnya seorang ibu yang harus kehilangan anaknya tanpa tahu ada di mana tubuhnya. Betapa sakitnya seorang kekasih, Ratih Anjani, yang menolak kenyataan kepergian lelakinya.
Fakta demi fakta mulai terungkap dalam sudut pandang Asmara Jati ini. Mulai pengkhianatan salah satu anggota aktivis mahasiswa yang cukup dipercaya, hingga titik terang keberadaan Biru Laut.
Berbagai upaya pun dilakukan Asmara Jati demi mendapat kabar kepastian kakaknya antara hidup atau sudah meninggal. Hingga upaya bergabung bersama tim komisi orang hilang di tahun 2000, mencoba menuntut hak kepada negara atas kehilangan keluarga mereka.
Buku ini berhasil membuat siapa pun yang membacanya merasakan kesakitan, dan membenci apa yang dilakukan terhadap para aktivis mahasiswa pada masa itu.
Editor : Alfiatin